Kamis, 05 November 2020

Mendesain Pembelajaran Berdasarkan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 Guru, saya sangat bangga menikmati profesi tersebut. Sehari-hari bergelut dengan rutinitas yang bahagia karena berhadapan dengan manusia-manusia yang selalu menantang, menantang saya untuk belajar dan berdaptasi dengan perkembangan belajar mereka. Manusia yang menantang itu adalah my students, yang selalu ingin diperhatikan oleh saya. Mereka adalah bagian dari masyarakat, masyarakat yang harus saya persiapkan untuk membangun peradaban kehidupan yang lebih baik. Amanahnya berat, karena mendidik peserta didik sama seperti mendidik masyarakat, mendidik masyarak berarti mendidik bangsa. Sebagai salah satu pemegang amanah negara, saya tidak boleh gentar, saya harus selalu belajar bagaimana memberikan pelayanan pendidikan terbaik untuk anak bangsa.

Saya menyadari peserta didik yang coming di sekolah saya memiliki tujuan yang sama yaitu ingin mendapatkan kebahagian dan keselamatan yang baik dalam hidupnya, sekarang dan di masa depannya nanti. Saya juga menyadari bahwa peserta didik yang hadir di kelas saya bukanlah berasal dari latar belakang keluarga yang sama. Mereka datang memberikan warna keberagaman yang indah dan berbeda di kelas saya, mulai dari behavior, kemampuan akademik, skills, lingkungan alam, dan lingkungan sosial yang tidak sama. Namun apakah saya dapat menjadi seseorang yang mampu menuntun mereka dalam mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya?

Selama ini dalam kegiatan pembelajaran di kelas, saya sudah berusaha menjadikan peserta didik sebagai center of learning, saya mencoba untuk memberikan kemerdekaan belajar pada peserta didik, ada yang berhasil ada yang tidak. Saya sering merasa gagal dan belum maksimal dalam berperan sebagai penuntun kemerdekaan belajar. Hal ini menjadi refleksi untuk saya dan menjadi big homework bagi saya bagaimana seharusnya saya menciptakan kemerdekaan belajar. Banyak pemahaman atau pemikiran pendidikan yang sudah seharusnya saya pelajari, supaya pelayanan pendidikan yang dibutuhkan oleh peserta didik dapat saya kelola dengan lebih baik lagi.

Hadirnya program pendidikan guru penggerak, pelan-pelan mampu menggerakan saya bagaimana saya harus memahami pendididikan itu sesungguhnya. Pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak peserta didik, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Ki Hadjar Dewantara). Pada tahun 1947 saat pelaksanaan Kongres Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara mempertegas pemikirannya tentang pendidikan yang dikenal dengan panca darma. Adapun isi dari panca darma tersebut terdiri dari lima asas yaitu asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.

Sesuai asas kemanusian, setiap anak berhak menyandang status sebagai peserta didik sehingga berhak mendapatkan akses pendidikan yang layak untuk perubahan hidupnya yang lebih baik. Dalam menjalankan roda pendidikan di tingkat sekolah dan kelas, guru harus mampu berperan sebagai penuntun dan fasilitator untuk peserta didik. Kita sadar, sesuai kodratnya setiap manusia itu berbeda, demikian juga halnya dengan peserta didik yang hadir di sekolah pasti berbeda dan memiliki keunikan tersendiri dengan potensi yang dimilikinya. Sehingga mereka berhak mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Sudah tidak menarik lagi, satu perlakuan metode pembelajaran berlaku untuk semua peserta didik. Peran guru adalah menjadi penuntun bagaimana mengarahkan peserta didik berkembang sesuai dengan kemampuan lahir dan bathinnya sehingga proses pendidikan akan terjadi tanpa paksaan. Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran, asas kebudayaan tidak boleh ditinggalkan sama sekali, karena setiap daerah di Indonesia tidaklah sama. Menuntun pembelajaran berbasis kebudayaan akan mempermudah guru dalam menjalankan pembelajaran baik di kelas maupun di sekolah.

Suguhan ide-ide brilian dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran menyadarkan saya, saya harus bergegas untuk mengelola pembelajaran yang merdeka. Banyak cara yang dapat saya perbaiki dari pembelajaran saya sebelumnya untuk berangkat menuju pembelajaran yang lebih baik sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Adapun hal-hal yang akan saya lakukan antara lain:

1.    Mendisiplinkan pembentukan karakter dengan Ing Ngarsa Sung Tuladha.

Harapan negara Indonesia, setiap peserta didik mampu menjadi peserta didik yang berprofil Pancasila. Banyak karakter-karakter profil Pancasila yang harus tersemai pada peserta didik saya. Peserta didik profil Pancasila yang tersemat pada peserta didik adalah modal utama dalam mewujudkan negara yang berintegritas baik. Dalam pembentukan karakter pada peserta didik harus dilakukan dengan membangun kesadaran dari dalam diri anak, bukan dengan dengan cara pemaksaan. Dengan adanya kesadaran mental yang terbangun, peserta didik akan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.

Mewujudkan peserta didik profil Pancasila bukan perkara yang mudah, tapi saya tidak menyerah. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan harapan negara tersebut. Setiap cara tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Sinergitas komponen keluarga, sekolah, dan masyarakat memegang peranan masing-masing dan tidak boleh saling lepas tangan.

Ing Ngarsa Sung Tuladha, semboyan ini sudah seharusnya mengalir dalam diri saya ketika saya memutuskan menjadi seorang guru. Untuk mewujdukan peserta didik profil Pancasila, tentunya saya harus menanam bunga-bunga karakter baik dalam setiap jiwa peserta didik melalui cara dan metode yang saya miliki. Sebagai guru geografi, salah satu cara efektif yang akan saya implimentasikan dengan lebih baik lagi adalah saya harus menjadi suri tauladan bagi peserta didik, baik secara lisan, tulisan, dan keseharian dalam bertindak, baik di dunia nyata maupun di dunia digital. Dengan demikian, saya yakin bunga-bunga karakter pada setiap peserta didik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.  

 

2.    Menuntun peserta didik sesuai kodrat alam

Setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda satu sama lain. Potensi istimewa unik yang dimiliki setiap anak merupakan anugerah dari Allah. Potensi yang dimiliki oleh anak dapat tercermin dari minat dan bakatnya yang ditampilkan dalam beraktivitas. Model ataupun metode pembelajaran yang dikemas oleh guru harus mampu mengakomodir setiap potensi minat bakat peserta didik yang beragam. Banyak konteks pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk mendampingi pembelajaran sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Sebagai seorang guru saya harus mampu mendeteksi potensi minat bakat peserta didik. Bagaimana seorang guru dapat mendeteksi potensi minat bakat peserta didik, tentunya saya harus mengumpulkan datanya. Data tersebut saya kumpulkan melalui kerja sama dengan pihak konselor/ psikolog/ Bimbingan Konseling (BK) atau bahkan saya juga dapat mengumpulkan data sendiri dengan adanya tes minat bakat peserta didik. Setelah saya mendapatkan data minat bakat peserta didik, akan lebih mudah dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Sebagai guru mata pelajaran geografi di SMA, setelah memahami konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara khususnya menuntun anak sesuai kodrat potensi minat bakatnya, saya akan memandu pembelajaran geografi dengan lebih baik lagi. Sebagai contohnya pada materi gempa bumi antara lain:

-     Peserta didik yang memiliki minat bakat mendesain grafis, saya mengarahkan mereka untuk membuat infografis dampak gempa bumi.

-      Peserta didik yang memiliki minat bakat berhitung cepat, saya mengarahkan mereka untuk mengitung jarak episentrum gempa.

-      Peserta didik yang memiliki minat bakat menggambar/ melukis, saya mengarahkan peserta didik untuk menggambar seismograf dan peta sebaran gempa bumi dunia.

-      Peserta didik yang memiliki minat bakat berpidato, saya mengarahkan peserta didik untuk mempresentasikan karya yang disusun oleh temannya di atas.

-      dan lain-lain, disesuaikan dengan minat bakat peserta didik.

Setiap potensi peserta didik yang dikembangkan melalui pembelajaran, itu adalah kesempatan mereka untuk mengasah minat bakatnya. Ketika potensi yang diasahnya semakin baik maka akan menjadi sebuah kompetensi yang bernilai. Ketika kompetensi yang bernilai telah dimilikinya, tentunya akan bermakna dalam kehidupannya baik sekarang atau nanti, baik saat mereka berada di tengah-tengah masyarakat maupun ketika memasuki dunia kerja.

  

3.    Menuntun anak sesuai dengan kodrat zaman.

Mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan zamannya adalah suatu tantangan, dan sekolah memiliki kewajiban membantu peserta didik. Peserta didik harus dituntun dengan baik untuk dapat berkembang bersama kemajuan zaman. Menuntun peserta didik zaman sekarang tidak sama dengan menuntun peserta didik zaman dahulu. Menuntun peserta didik zaman digital di tengah arus golobalisasi yang mengalir deras, peserta didik harus betul-betul dibantu supaya tidak salah melangkah. Selain orang tua, peran guru sangat penting, juga dukungan masyarakat.

Benteng yang harus diperkuat pada peserta didik pada zaman sekarang adalah karakter positif atau peserta didik yang memiliki jiwa Pancasila. Dalam proses pembelajaran kognitif dan psikomotorik, seorang guru harus mampu mengemas pembelajaran yang sesuai zaman saat ini. Sebagai guru geografi saya harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi digital saat ini. Saya harus bisa menggunakan teknologi digital sebagai alat atau media pembelajaran, karena peserta didik saat ini bergelut dengan piranti digital. Sebagai contoh dalam pembelajaran geografi pada materi peta, penginderaan jauh, dan Sistem Informasi Geografi (SIG), beberapa hal yang akan saya lakukan dalam pembelajaran saya antara lain:

-      Saya mengarahkan peserta didik untuk menggunakan Google Map, Google Earth, dan peta digital sebagai tool yang dapat digunakan dalam beraktivitas sehari-hari.

-      Menjadikan media sosial sebagai wadah untuk berinteraksi pembelajaran geografi.

-    Menggunakan aplikasi-aplikasi digital sebagai media untuk melakukan tes bagi peserta didik, baik tes formatif maupun tes sumatif.

-      Peserta didik yang memiliki potensi menulis seputar geografi, saya mengarahkannya untuk menulis di blog atau website.

-    eserta didik yang memiliki potensi menggambar peta, saya mengarahkannya untuk membuat peta secara digital.

-      Peserta didik yang memiliki hobi bermain game, saya mengarahkannya untuk membuat game pembelajaran geografi dengan menggunakan aplikasi tertentu.

-      Peserta didik yang memiliki hobi membaca komik, saya mengarahkannya untuk membuat komik digital pembelajaran geografi.

-      dan lain-lain

 

4.    Menjadikan lingkungan tempat tinggal sebagai sumber belajar

Lingkungan alam dan lingkungan sosial peserta didik apabila dipahami bagaimana kondisi - situasi oleh seorang guru, maka akan memudahkan guru tersebut dalam mendesain interesting learning. Interesting learning adalah pembelajaran di mana peserta didik tertarik untuk belajar tanpa harus dipaksakan, dan dapat belajar dari lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan alam dan sosial adalah media pembelajaran yang sangat menarik, mengapa? Ketika peserta didik dilibatkan belajar di lingkungan alamnya, suatu saat peserta didik akan terlintas dipikirannya kontribusi apa yang dapat disumbangkan untuk lingkungan alamnya. Demikian halnya dengan lingkungan sosial, mendidik peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan sosial akan membentuk karakter bagaimana peserta didik dapat berinteraksi baik dengan masyarakat, karena pada dasarnya peserta didik itu adalah bagian dari masyarakat.

Bagaimana peranan saya sebagai guru guru geografi dalam menjadikan pembelajaran yang memberdayakan lingkungan sosial peserta didik supaya pembelajaran ke depan lebih baik lagi. Sebagai contoh, pada pembelajaran geografi materi kependudukan (demografi) saya akan melakukan pembelajarannya antara lain:

-     Menuntun peserta didik untuk melakukan penelitian kecil terkait angka natalitas, mortalitas, dan mobilitas penduduk di daerah desa masing-masing.

-    Melibatkan tokoh masyarakat seperti dinas kependudukan, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), atau lainnya sebagai guest teacher untuk berbagai pengetahun dan pengalaman tentang objektif materi kependudukan yang relevan kepada peserta didik.

-       dan lain-lain

Kemudian, bagaimana peranan guru dalam menjadikan pembelajaran yang memberdayakan lingkungan alam sekitar peserta didik. Sebagai contoh pada topik pembelajaran sumber daya alam, saya akan melakukan pembelajarannyanya dengan mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan sebuah produk atau karya dengan memanfaatkan barang atau benda yang tersedia di alam sekitar rumahnya. Misalnya membuat produk berupa kerajinan tangan “gerabah” dari tanah liat, membuat produk berupa “garam” dari sumber daya alam air laut, membuat produk “saus” dari sumber daya tomat atau cabe. Dalam konteks ini saya akan menyesusaikan dengan kondisi alam tempat tinggal peserta didik.  

Banyak pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang konsep pendidikan yang dapat diimplimentasikan dalam proses pembelajaran di kelas dan sekolah. Adapun tujuan penerapannya tersebut supaya peserta didik dapat bebas atau merdeka dalam belajar, sehingga potensi unik yang berbeda yang dimiliki peserta didik dapat berkembang baik. Pada akhirnya peserta didik dapat mencapai kebahagian dan keselamatan yang setinggi-tingginya sebagai seorang manusia dan sebagai masyarakat.

 Penulis: Ramadhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dinamika Atmosfer

 Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi. Untuk belajar lebih lanjut, silakan akses pada https://bit.ly/HandoutAtmosfer . Semoga...